Beragam cara dilakukan kalangan korporasi dalam upaya mencegah penyebaran virus Covid-19 di lingkungan perusahaan. Masing-masing membuat protokol dan strategi sendiri untuk mengamankan internalnya. Setidaknya itu tergambar dari hasil wawancara SWA dengan kalangan pimpinan di beberapa perusahaan.
PT Agriculture Construction Company Limited (Grup Agricon) yang berbisnis di bidang kimia pertanian, misalnya, juga dengan sigap menerapkan protokol kesehatan di lingkungan kerjanya. Menurut Harlan Bengardi, Senior Vice President Grup Agricon, pihaknya sudah menyesuaikan sejumlah aktivitas sebagai upaya mencegah penularan satu bulan sebelum pemerintah mengumumkan secara resmi bahwa Indonesia terkena wabah Covid-19.
Inisiatif tersebut, di antaranya, membatalkan sejumlah perjalanan dinas yang sudah menjadi agenda rutin, baik di dalam maupun di luar negeri. Juga, membatasi kunjungan tamu —mitra prinsipal— Agricon dari luar negeri. “Agenda meeting dengan mitra bisnis di luar negeri kemudian dilakukan secara virtual,” kata Harlan.
Pihaknya juga membentuk grup WA, dengan anggota dari manajemen dan dua layer di bawahnya, untuk merumuskan protokol kesehatan, baik untuk karyawan di kantor, pabrik, maupun lapangan. Hasilnya kemudian disosialisasikan lewat berbagai platform komunikasi.
Yang cukup unik, pihaknya terpaksa memproduksi sendiri cairan desinfektan dan hand sanitizer karena kelangkaan kedua produk tersebut di pasar. “Karena kami memang basisnya adalah perusahaan kimia. Jadi, kebetulan kami punya stok bahan baku untuk membuat hand sanitizer dan desinfektan, diproduksi untuk dipakai sendiri,” kata Harlan. Pihaknya juga menyediakan masker bagi seluruh karyawan.
Yang pasti, sejak awal beberapa bagian atau divisi diinstruksikan untuk bekerja dari rumah, terkecuali karyawan yang di pabrik; mereka tetap masuk, tetapi harus disiplin mengikuti protokol kesehatan. Karyawan pabrik pun diberi tambahan vitamin untuk menjaga kesehatan.
Grup Panorama (Panorama Tour) yang berbisnis di bidang travel dan wisata punya cara tersendiri dalam menghadapi Covid-19. A.B. Sadewa, VP Brand & Communications Grup Panorama, menjelaskan, perusahaannya telah membuat protokol lengkap untuk gedung kantor dan kendaraan. Semuanya dirangkum dalam satu program yang diberi nama Panorama SIAP. SIAP adalah singkatan Sehat, Indah, Aman, Peduli, yang merupakan wujud pertalian dari protokol kesehatan dan Sapta Pesona.
Dalam kerangka tersebut, ada tiga bagian, yakni Kesiagaan Operasional, Kesiagaan Mitra, dan Kesiagaan Internal. Kesiagaan Operasional meliputi pemandu wisata, penanganan bandara, rumah sakit rujukan/klinik, kebersihan, dan perlengkapan new normal seperti masker, thermo gun, pelindung wajah, hand sanitizer, desinfektan, sarung tangan, serta pelacakan kontak dengan sistem scan barcode sebelum masuk dan keluar kawasan wisata.
“Pemandu dan staf mitra kami harus memakai masker, baik itu medis maupun kain. Mitra kami juga memakai alat pelindung tambahan, sepert face shield dan sarung tangan. Kemudian, dilakukan pemeriksaan suhu tubuh untuk semua tamu di kawasan wisata/hotel/restoran dan ruang publik lainnya. Di setiap area publik dan transportasi juga disediakan hand sanitizer serta rutin disemprot desinfektan,” papar Sadewa.
Ia menambahkan, hingga saat ini program Panorama SIAP secara disiplin sudah dilakukan dan bisa men-screening kesehatan karyawan yang sudah aktif bekerja. Sehingga, diharapkan dapat menekan laju penyebaran Covid-19 kepada stakeholder, baik pelanggan, karyawan, maupun mitra bisnis.
Lain lagi dengan kiat yang dijalankan grup perusahaan yang berbisnis di bidang perkebunan dan pengolahan kelapa, Sambu Group atau Pulau Sambu. Awal Maret 2020, kata Manajer Komunikasi Korporat Sambu Group, Dwianto Arif Wibowo, pihaknya langsung membentuk tim gugus tugas yang secara proaktif merumuskan tindakan pencegahan penyebaran virus, baik di lingkungan kantor maupun pabrik.
Setiap gugus tugas terdiri dari bermacam departemen dan langsung melapor kepada pemimpin usaha di setiap pabrik ataupun lokasi usaha. Dengan koordinasi yang simultan, diharapkan gugus tugas efektif melakukan edukasi, sosialisasi, sekaligus mitigasi kasus penyebaran virus Covid-19 di lingkungan perusahaan.
Produsen santan merek Kara itu memiliki tiga pabrik yang berlokasi di Kuala Enok, Sungai Guntung, dan Pulau Burung (Provinsi Riau). Meski terletak di remote area dan jauh dari zona merah penyebaran virus, Sambu Group memprioritaskan protokol kesehatan yang ketat untuk melindungi kurang-lebih 20 ribu karyawannya. Memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak aman adalah protokol utama yang diterapkan. Perusahaan juga menerapkan kebijakan work from home, terutama di kantor yang berlokasi di Jakarta.
“Di Jakarta, kami upayakan jumlah karyawan yang masuk kantor di bawah 25%. Yang berangkat kerja menggunakan transportasi umum juga kami sediakan fasilitas antar-jemput di beberapa titik,” kata Arif. Sambu Group juga aktif menyemprotkan desinfektan di semua ruangan, baik ruangan kantor maupun produksi, untuk memastikan tidak terjadi kontaminasi ataupun penyebaran virus. Bahkan, juga membangun area karantina untuk mengantisipasi kemungkinan ada karyawan yang terinfeksi tanpa gejala.
Tidak hanya memperhatikan tempat kerja, Sambu Group juga mengontrol lini produksi agar benar-benar sehat. “Quality control ini kami lakukan mulai dari proses produksi. Mulai dari datangnya bahan baku, sudah kami lakukan penyemprotan desinfektan. Kemudian, semua lini produksi selalu kami pastikan higienis dengan penyemprotan desinfektan. Di proses distribusi kepada konsumen, kami pastikan kontainer yang akan digunakan aman,” Arif memerinci.
Secara umum, kalangan korporasi tak hanya memperhatikan internal perusahaan ketika berusaha mengembangkan strategi menghadang Covid-19. Mereka juga membangun protokol untuk kalangan eksternal guna menutup pintu penularan dari luar perusahaan. Hal itu juga dijalankan manajemen BMW Astra sehingga distributor mobil BMW ini bisa memberikan keamanan dan kenyamanan bagi semua pengunjung dan pembelinya.
Belum lama ini, BMW Astra meluncurkan standar layanan terbaru. “Kita semua terus belajar untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru, bukan hanya untuk melindungi diri sendiri, namun juga untuk melindungi orang lain. Setelah peluncuran standar layanan yang sesuai dengan protokol kesehatan pada Juli 2020 lalu, kini BMW Astra tingkatkan dengan fasilitas yang lebih mutakhir. Pemeriksaan suhu kini menggunakan kamera pembaca suhu yang secara otomatis mendeteksi suhu tubuh dan memberikan peringatan jika karyawan atau pelanggan tidak menggunakan masker,” kata CEO BMW Astra Fredy Handjaja.
“Kamera pemindai wajah tersebut juga dapat digunakan untuk absensi karyawan sehingga setiap karyawan yang hadir dapat dilakukan pemeriksaan suhu sekaligus absensi tanpa sentuhan. Dengan penerapan protokol ketat pada karyawan, kami optimistis juga dapat menjaga para pelanggan BMW Astra,” Fredy menambahkan.
Setelah melakukan pemeriksaan suhu tubuh, pelanggan wajib mengisi data diri dengan scan QR Code pada layar menggunakan ponsel. Cairan pembersih tangan tersedia juga dalam satu alat yang sama. Pelanggan BMW Astra dapat melihat progres servis kendaraan melalui layar monitor di area tunggu yang bertujuan untuk meminimalkan kontak langsung.
BMW Astra juga rutin melakukan pemeriksaan kesehatan kepada seluruh karyawan serta menyediakan vitamin untuk memastikan seluruh tim dalam kondisi prima. “Dalam menerapkan standar layanan baru ini, BMW Astra telah berinvestasi senilai Rp 3 miliar. Ke depan, jika pandemi ini telah berakhir, kami merasa bahwa standar layanan baru ini tetap bisa dilanjutkan demi memberikan rasa nyaman dan aman kepada pelanggan,” kata Fredy.
BMW Astra saat ini mengelola jaringan yang terdiri dari kantor pusat dan delapan cabang, yang tersebar di lima kota di Indonesia; Jakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, dan Denpasar. Cabang di Jakarta meliputi Cabang Sunter, Cilandak, Pluit, dan Serpong.
Sementara itu. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. yang bergerak di bisnis jalan tol juga tak kalah gesit. BUMN ini berusaha memutus rantai penyebaran Covid-19 dengan berbagai langkah, baik di lingkungan kerja, operasional jalan tol, maupun rest area.
Ketua Koordinator Tim Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Lingkungan Jasa Marga, Imad Zaky Mubarak, menjelaskan, fokus utama perusahaannya adalah mengatur sistem dan disiplin karyawan, baik yang bekerja di kantor (work from office/WFO) maupun di rumah (work from home/WFH). Untuk karyawan non-operasional masih diberlakukan ketentuan 50% WFO dan 50% WFH. Dari jumlah 50% WFO pun masih dibatasi lagi dengan pemberlakuan pengaturan jam kerja shift. “Ada pengaturan jam kerja menjadi dua shift, yakni pukul 07.00-07.30 WIB hingga 15.30 WIB dan pukul 10.00 hungga 18.30 WIB,” kata Zaky dalam keterangan tertulisnya.
Seluruh karyawan Jasa Marga back office dan operasional saat ini bisa mengakses absensi digital berbasis lokasi secara online melalui aplikasi JM-Click. Ini merupakan sistem manajemen human capital terintegrasi dengan berbagai fitur, seperti modul pembelajaran mandiri dan performance management.
Selain melakukan tes screening dan desinfektasi rutin bulanan, Jasa Marga juga menerapkan aturan jika ditemukan karyawan yang positif Covid-19. Jika hal tersebut terjadi, akan dilakukan tindakan berupa karantina di rumah sakit rujukan serta diimbau agar keluarga karyawan melakukan karantina mandiri dan melakukan langkah-langkah sebagaimana Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/202/2020 tentang Protokol Isolasi Diri Sendiri dalam Penanganan Covid-19. “Selain itu, juga akan dilakukan penutupan kantor untuk sementara waktu, selama tiga hari. Selama tiga hari tersebut, kantor harus dilakukan penyemprotan desinfektan dan dipastikan kantor dalam keadaan sehat, bersih, dan steril,” Zaky menegaskan.
Upaya pencegahan ini terus diperkuat dengan adanya imbauan untuk tidak menerima tamu dari luar kantor, dan diutamakan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi atau melalui media elektronik, seperti Zoom dan Microsoft Teams. “Bila dalam kondisi urgensi yang tinggi harus diselenggarakan pertemuan, tamu dari luar kantor dapat menunjukkan surat keterangan uji rapid test dengan hasil non-reaktif atau surat keterangan uji tes polymerase chain reaction (PCR) dengan hasil negatif yang berlaku 14 hari pada saat pertemuan,” kata Zaky.
Tidak hanya di lingkungan kantor. Jasa Marga pun tetap melayani pengguna jalan. Petugas operasional Jasa Marga, seperti Customer Service Supervisor, Mobile Customer Service, petugas Jasa Marga Traffic Information Center, serta petugas kendaraan operasional (mobil derek, rescue, dan ambulans) tetap berjalan dengan menjaga pola hidup bersih. Itu didukung dengan penyediaan masker dan hand sanitizer oleh perusahaan.
Jasa Marga juga memastikan rest area beroperasi, dengan tetap menjalankan protokol pencegahan Covid-19, seperti memeriksa suhu bagi pengendara serta penumpang di pintu masuk, menjaga jarak di tenant dan fasilitas lainnya, serta membatasi kapasitas parkir. Zaky mengatakan, “Kami memastikan standar pencegahan penyebaran virus Covid-19 diterapkan bagi pengunjung rest area, para petugas dan seluruh tenant, serta tim pendukung operasional rest area lainnya, termasuk dengan memperbanyak imbauan pencegahan penyebaran Covid-19 melalui public address dan spanduk.”
Harus diakui, dalam kondisi pandemi, sebuah keuntungan tersendiri bagi kalangan perusahaan yang sebelum pandemi sudah menyiapkan digitalisasi dan membiasakan diri melakukan remote working. Hal itu dialami PT Metrodata Electonics Tbk., perusahaan distributor produk-produk teknologi informasi.
Dijelaskan Susanto Djaja, CEO Group Metrodata, ketika pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diterapkan kembali pada pada awal Juni dan pemerintah mengimbau perusahaan untuk mengurangi karyawan yang hadir di kantor hingga 50%, Metrodata yang memiliki 1.600 karyawan tidak terkejut atau tidak bingung. Karena, sejak tahun 2010, 25% dari karyawannya sudah melakukan pola kerja dengan mobile office dan bisa bekerja di mana saja. “Hanya 25% karyawan kami yang bekerja dari kantor,” ujar Susanto. Dengan kata lain, upaya penyesuaian menjadi lebih mudah.
Untuk urusan tanda presensi karyawan, Metrodata juga sudah membuat aplikasi. Karyawan bisa memberitahukan kehadirannya dengan memasukkan suhu tubuhnya dalam aplikasi tersebut. Bahkan, “Untuk mendukung bisnis, kami membuat proses approval melalui digital. Hal ini tentu memudahkan, bisa dilakukan di mana saja,” kata Susanto. Di luar itu, pihaknya juga menutup ruang meeting dan melakukan meeting dalam jaringan (daring atau online).
“Luar biasa, dari amatan saya, ternyata meeting online ini lebih produktif dan (tingkat) kehadirannya lebih tinggi dibandingkan meeting tatap muka. Kami bisa membuat meeting online setiap pukul 08.00 WIB. Kami juga bisa memberikan training online, setiap minggunya lebih dari 10 topik yang kami berikan. Saya melihat ini lebih efektif, mudah, dan efisien,” Susanto menandaskan.